SUARADARING.COM, PAREPARE–Menjalani libur sekolah dengan berwisata atau pulang ke kampung halaman nenek, biasanya dilakukan pelajar di musim libur sekolah. Namun tidak dengan Akbar dan Raihan dua pelajar SD dan SMP di kota Parepare, Sulawesi selatan, terpaksa harus berjuang mencari uang demi biaya sekolah usai libur Panjang. Kamis, 11 Juli 2024.
Raihan dan Akbar keduanya masih berstatus pelajar. Akbar yang masih duduk di bangku kelas 5 di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Parepare, sementara Raihan kelas 1 SMP. Keduanya menikmati libur sekolah bukan dengan berwisata atau hanya bermain game dengan telpon pintar, yang biasanya menjadi kebiasaan para pelajar di Indonesia, melainkan mereka memanfaatkan libur panjang sekolah dengan menjual ikan dan kantong kresek di pasar Lakessi kota Parepare.
Mereka berkeliling menjajankan ikan dan kantong keresek dagangannya kepada pembeli di pasar lakessi. Satu persatu para pembeli ditawari Akbar dan Raihan dengan kembawa ikan dan kantong keresek. Hasilnya pun mereka simpan demi biaya sekolah.
Menurut mereka hari libur dengan berjualan ikan dan kantong kresek yang ia lakoninya di pasar Lakessi, dapat memberikan penghasilan sekaligus membantu biaya sekolah.
“cari uang untuk bisa ditabung biaya sekolah, kalau libur pergi berjualan kantong kresek dan ikan, tapi kalau pulang sekolah juga pergi jualan,”kata Akbar

Serupa juga diungkapkan Raihan pelajar kelas 1 SMP, menurutnya liburan dengan berjualan lebih menjajikan sekaligus membantu orangtua.
“pekerjaan bapak saya tukang batu, bisa bantu-bantu untuk biaya sekolah,”kata Raihan
Dalam sehari jika lagi beruntung, mereka bisa dapat penghasilan skira 30 ribu rupiah dari penjualan kantong kresek, sementara untuk penjualan ikan mereka bisa dapat komisi dari pemilik berkisar 20 ribu rupiah.
“biasa dapat 30 ribu hasil berjualan kantong, sementara untuk ikan bias akita dikasi komisi 20 ribu, itu yang kami dapatkan,”ungkap Raihan dan Akbar
Keduanya adalah berasal dari keluarga kurang mampu. Ayah Raihan yang bekerja sebagai kuli bangunan sementara ayah Akbar bekerja sebagai Juru Parkir. Sesekali Akbar dan Raihan duduk menyeka keringat, tak lupa menawari warga yang berbelanja di pasar. Membuat mereka harus peras keringat demi masa depannya kelak. (*)










