SUARADARING.COM, PAREPARE– Sebuah sekolah Dasar Negeri (SDN) di kota Parepare, Sulawesi selatan (Sulsel) miris melihat kondisi bangunannnya yang sudah puluhan tahun berdiri.
Sekolah tersebut yakni SDN 58 kelurahan Watang Bacukiki, kecamatan Bacukiki, kota Parepare, Sulsel. Secara geografis sekolah tersebut berada jauh di pinggir kota. Bahkan diketahui wilayah sekolah itu kerap menjadi langganan banjir saat hujan deras tiba.
Pantauan media, kodisi fisik bangunan seperti plafon hingga dinding tembok mulai rusak dan terkelupas. Tak hanya itu minimnya sarana pendidikan belajar bagi para peserta didik juga sangat terbatas.
Celakanya, pihak sekolah mengaku pernah ada siswanya tertimpa reruntuhan material plafon saat tiba-tiba plafon tersebut ambruk, diduga karena tak tahan dengan rembesan air hujan.
“jadi sekolah kami sdn 58 dapat dilihat bahwa disini ada beberapa bangunan yang sudah berumur sekitar 30 tahun lebih dan itu merupakan bangunan yang sudah sewajarnya mendapatkan bantuan rehab atau pembangunan kembali, karena ada beberapa bagian yang cukup membahayakan, seperti temboknya retak, pondasi, atap, sehingga kami berharap ada bantuan dari pemerintah dalam hal ini dinas pendidikan kota parepare,”terang, kepala sekolah SDN 58, Yato, S.Pd, saat ditemui di sekolahnya. Rabu, 8 Mei 2024.

“mungkin karena terbatasnya dana di dinas khsusunya pendidikan, sehingga pada hari ini sekolah kami belum mendapatkan jatah bantuan,”ujarnya
“kami dari pihak sekolah selalu mengusulkan bantuan tahun ini (2024) juga kami mengusulkan beberapa bantuan rehab, termasuk ruang kelas 1,2 3 cukup memprihatinkan,”sebutnya.
Tak hanya kondisi bangunan yang memprihatinkan, kata Yato, minimnya sarana penunjang pembelajaran seperti ruang perpustakaan, buku bacaan hingga alat peraga siswa.
“fasilitas pembelajaran yang lain seperti bantuan penunjang pembelajaran kami harapkan mudah-mdahan kami dapatkan juga, terkhusus untuk bantuan IT misalnya croombook, karena tiap tahun itu sekolah melakukan AMBK jadi salah satu fasilitas yang sangat kami butuhkan adalah laptop atau crombook yang belum sama sekali sekolah kami dapatkan,”ungkapnya lagi.
“Kendala kami juga di sini pak adalah susahnya akses jaringan internet mungkin karena sekolah kami dikelilingi gunung. Kami pernah mengusulkan ke indihome katanya belum bisa karena masih terbatas pengguna indihome,”tandasnya
Tak hanya kondisi ruang belajar siswa yang rusak, namun ruang milik kepala sekolah pun jauh dari kata layak. Terlihat di setiap ruangan dihinggapi hewan rayap pada bagian dinding bangunan.
Pihak sekolah berharap pihak pemerintah terkait dalam hal ini dinas Pendidikan bisa segera memberikan bantuan untuk pembenahan sekolah tersebut.
Meski dengan kondisi sekolah yang minim fasilitas, para siswa-siswi tetap terlihat semangat dalam mengikuti aktivitas belajar mengajar. (*)










